Ada berbagai
jenis pupuk organik yang digunakan para petani di lapangan. Secara umum
pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya.
Dilihat dari segi bentuk, terdapat pupuk organik cair dan padat.
Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk
kandang dan pupuk kompos.
a. Pupuk hijau
Pupuk hijau
merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, baik tanaman sisa
panen maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil hijauannya.
Tanaman yang biasa digunakan untuk pupuk hijau diantaranya dari jenis
leguminosa (kacang-kacangan) dan tanaman air (azola). Jenis tanaman ini
dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen, yang tinggi
serta cepat terurai dalam tanah.
Pengaplikasian
pupuk hijau bisa langsung dibenamkan kedalam tanah atau melalui proses
pengomposan. Di lahan tegalan atau lahan kering, para petani biasa
menanam leguminos, seperti ki hujan, sebagai pagar kebun. Di saat-saat
tertentu tanaman pagar tersebut dipangkas untuk diambil hijauannya.
Hijauan dari tanaman leguminosa bisa langsung diaplikasikan pada tanah
sebagai pupuk. Sementara itu, di lahan sawah para petani biasa
menggunakan azola sebagai pupuk hijau. Azola merupakan tanaman pakis air
yang banyak tumbuh secara liar di sawah. Tanaman ini hidup di lahan
yang banyak mengandung air. Azola bisa langsung digunakan sebagai pupuk
dengan cara dibenamkan kedalam tanah pada saat pengolahan lahan.
b. Pupuk kandang
Pupuk kandang
adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti unggas, sapi,
kerbau dan kambing. Secara umum pupuk kandang dibedakan berdasarkan
kotoran hewan yang kencing dan tidak kencing. Contoh hewan yang kencing
adalah sapi, kambing dan kerbau. Hewan yang tidak kencing kebanyakan
dari jenis unggas seperti ayam, itik dan bebek.
Karateristik
kotoran hewan yang kencing waktu penguraiannya relatif lebih lama,
kandungan nitrogen lebih rendah, namun kaya akan fosfor dan kalium.
Pupuk kandang jenis ini cocok digunakan pada tanaman yang diambil buah
atau bijinya seperti mentimun, kacang-kacangan, dan tanaman
buah. Sedangkan karakteristik kotoran hewan yang tidak kencing waktu
penguraiannya lebih cepat, kandungan nitrogen tinggi, namun kurang kaya
fospor dan kalium. Pupuk kandang jenis ini cocok diterapkan untuk
tanaman sayur daun seperti selada, bayam dan kangkung.
Pupuk kandang
banyak dipakai sebagai pupuk dasar tanaman karena ketersediaannya yang
melimpah dan proses pembuatannya gampang. Pupuk kandang tidak memerlukan
proses pembuatan yang panjang seperti kompos. Kotoran hewan cukup
didiamkan sampai keadaannya kering dan matang sebelum diaplikasikan ke
lahan.
c. Pupuk kompos
Pupuk kompos
adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahan organik melalui
proses biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme pengurai
atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme.
Mikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri, jamur atau kapang.
Sedangkan makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah cacing
tanah. Dilihat dari proses pembuatannya, ada dua metode membuat pupuk
kompos yaitu proses aerob (melibatkan udara) dan proses anaerob (tidak
melibatkan udara).
Dewasa ini
teknologi pengomposan sudah berkembang pesat. Berbagai varian dekomposer
beserta metode pembuatannya banyak ditemukan. Sehingga pupuk kompos
yang dihasilkan banyak ragamnya, misalnya pupuk bokashi, vermikompos,
pupuk organik cair dan pupuk organik tablet. Pupuk kompos bisa dibuat
dengan mudah, silahkan baca cara membuat kompos. Bahkan beberapa tipe pupuk kompos bisa dibuat sendiri dari limbah rumah tangga, seperti pupuk bokashi dan pupuk kompos takakura.
d. Pupuk hayati organik
Pupuk hayati
merupakan pupuk yang terdiri dari organisme hidup yang memiliki
kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan nutrisi
penting bagi tanaman. Dalam Peraturan Menteri Pertanian pupuk hayati
tidak digolongkan sebagai pupuk organik melainkan sebagai pembenah
tanah, lihat penjelasannya dalam pengertian pupuk hayati. Namun dalam penerapannya di lapangan seringkali dianggap sebagai pupuk organik.
Pupuk hayati
bekerja tidak seperti pupuk organik biasa yang bisa langsung
meningkatkan kesuburan tanah dengan menyediakan nutrisi untuk tanaman.
Pupuk ini secara alami menyediakan nutrisi melalui proses gradual dengan
cara memfikasi unsur N dari atmosfer, melarutkan fosfor dan mensintesis
zat-zat lain yang dibutuhkan tanaman. Jadi, dengan pupuk hayati siklus
penyuburan tanah akan berlangsung terus menerus dan secara
berkelanjutan.
Pupuk hayati dibuat dengan mengisolasi bakteri-bakteri tertentu seperti Azotobacter choococum yang berfungsi mengikat unsur unusr N, Bacillus megaterium bakteri yang bisa melarutkan unsur P dan Bacillus mucilaginous yang bisa melarutkan unsur K. Mikroorganisme tersebut bisa didapatkan di tanah-tanah hutan, pegunungan atau sumber-sumber lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar